Senin, 07 Januari 2019

Gimana sih Helicopter Parenting itu?






Zaman sekarang sih emang zaman canggih, zaman penuh ego, zaman serba menyesuaikan era baru..hehehehehe

Anak selalu dipaksakan kehendak orang tuanya.


Tapi yang kita obok-obok sih bukan masalah kecanggihan zaman, tapi masalah pola asuh orang tua yang canggih banget.
Pola asuh Helicopter Parenting kini makin sering muncul seiring semakin banyaknya tuntutan orang tua kepada anak. Anak diwajibkan berprestasi namun tidak bisa mengembangkan kemampuan terbaik karena terlalu dikontrol orang tua. Karena itu, sebaiknya pola asuh seperti ini dihindari.

Bila terlalu banyak diatur orang tua, anak lama-lama bisa kehilangan self regulation. Ketidakpercayaan orang tua itulah yang sebenarnya membuat anak tidak percaya pada dirinya sendiri.

Menurut Dr. Mai Stafford dari University College London dalam The Journal of Positive Psychology, peran orang tua juga sangat penting dalam pembentukan kesejahteraan mental generasi mendatang. Untuk itu, kesehatan mental seseorang dapat dilihat dari bagaimana orang tuanya memerlakukan mereka.

Penelitian Dr. Stafford ini menemukan bahwa orang tua yang mengedepankan kehangatan dan responsif memiliki anak yang lebih bahagia, lebih sehat secara mental, dan lebih siap menjalani hidup ketika dewasa.


Wow...kalau Ayah dan bunda gimana?
Ada 3 cara untuk stop pola asuh helicopter parent  Menurut Dr.Deborah R Gilboa,. MD dari Parenting and youth Development Expert.
1.Biasakan sejak kecil, anak dapat menghadapi tantangan dan kegagalan sendiri agar kekuatan mentalnya terbangun sejak kecil.
Jika terbiasa dengan orang tua yang mengatur semuanya untuk mebuat segalanya mudah buat anak, Anak akan kaget ketika menemui permasalahan dimasa dewasanya kelak. Karena kegagalan dan tantangan adalah hal terpenting untuk bisa berkembang dan mempelajari kemampuan baru dalam hidupnya.
2. Membiarkan anak berusaha sendiri. Biarkan anak merasa kecewa. Ketika anak sedang gagal atau dalam masalah, bantu mereka menghadapi tanpa membuat keputusan besar atau melakukan sesuatu diluar kehendak anak. Misalnya saja anak mau pergi belajar kelompok, tiba - tiba ban sepedanya kempes, waktu belajar kelompok ga banyak, takutnya habis waktu berjalan menuju tempat tersebut. Ya...kita kasih saran aja klo belajar kelompoknya dirumah kita. cuma kasih saran lo ya..., tapi terserah anak, atau tetap mau berusaha untuk cari pompa buat mengompa ban sepedanya.
3. Ajarkan dan biarkan  anak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa dia lakukan agar kelak dia bisa mandiri. Dengan partisipasi orang tua yang tepat dalam mendidik anak , maka akan terbentuk kepribadian anak yang percaya diri dan dapat diandalkan.



Nah, ayah..bunda..
kita coba mulai sekarang ya, biar agak tega dikit ya.













#MombassadorSGMEksplor
#SGMEksplor
#GenerasiMaju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kuliner Halal Melegenda di Tanah Kalimantan Selatan

 Assalamu'alaikum Hai.... Hai.... Semua pembaca setia, setelah lama vakum dialam tulisan, dipenghujung tahun aku mau kasih kalian recome...